- Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :
1. Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa
latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkai Emosi berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu
aspek yang penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan
motivator perilaku yang artinya arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia, (Prawitasari,1995)
2. Dimensi Intelektual
Dimensi Intelektual ini, seseorang yang
memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini seseorang mampu
menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat,
serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam
proses kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan
intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari
proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.
3. Dimensi Sosial
Dimensi Sosial adalah
dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga
dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat.
4.
Dimensi Fisik
Dimensi Fisik ini,.merupakan
dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi yang paling
nyata. Kesehatan fisik dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh. Kesehatan fisik
terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
5. Dimensi Spiritual
Spiritual bertindak sebagai
suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang
akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif
yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan
terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan
dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai
suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah
agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.
- Sejarah Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental
yaitu terdiri dari beberapa tahap antara lain:
1. Tahap Demonologi (sebelum
abad pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengankekuatan gaib, kekuatan
spiritual dan makhluk halus dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat
kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penangannanya tidak
ilmiah dan kurang manusiawi seperti: upacara ritual, penyiksaan atau perlakuaan
tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh
penderita.
2. Tahap Pengenalan medis (4
Abad SM – abad ke 6 M)
Mulai 4 abad SM muncul tokoh tokoh bidang medis (Yunani):
hipocrates,
hirophilus, Galenus,
Vesalius, Paracelsus, dan cornelius Agrippa mulai menggunakan konsep biologis
atau kondisi biologis seseorang , bukan akibat roh jahat. Mendapatkan
pertentangan keras dari aliran yang meyakini adanya roh jahat.
3. Tahap Sakit Mental dan
Revolusi Kesehatan Mental.
Mulai muncul pada abad 17: Renaissance (revolusi Prancis)
dengan tokohnya Phillipe Pinel, mengutamakan persamaan, kebebasan, dan
persaudaraan dalam pengenalan pasien gabgguan mental dirumah sakit secara
manusiawi. Terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai penyebab gangguan mental
dan cara penanganan dan upaya penyembuhan.
4. Tahap pengenalan faktor
psikologis (abad ke 20)
Menggunakan revolusi mental ke 2: munculnya pendekatan
psikologis (psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental
secara medis atau psikologis. Tokoh utama nya sigmund freud yang melakukan
penanganan hipnose, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya untuk menangani
masalah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis pendeita gangguan
mental.
5.Tahap Multifaktorial
Mulai berkembang setelah perang dunia ke II, kesehatan
mental tidak ha ya dipandang dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan
faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial, interaksi
semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehtan mental individu dan masyarakat
Pendekatan Kesehatan Mental
Dalam kesehatan mental ada
beberapa para ahli yang mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola
wawasan kesehatan mental, salah satunya yaitu Saparinah Sardli (dalam Suroso,
2001: 132) yang mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental.
1. Orientasi Klasik
Seseorang
dianggap sehat apabila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan,
rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya
menyembulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi
kegiatan sehari-hari.
2. Orientasi Penyesuaian Diri
Seseorang
dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan
tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya
3. Orientasi Pengembangan Diri
Seseorang
dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh
orang lain dan dirinya sendiri.
B. Kepribadian Sehat
I. Aliran
Psikoanalisa
Psikoanalisis
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Kepribadian
Sehat Psikoanalisa:
Menurut
freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah:
1. Kemampuan
dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
2. Mental
yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
3. Tidak
mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
4. Dapat
menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Dalam
aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis
dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu,
alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.)
II. Aliran
Behavioristik
Behaviorisme
merupakan orientasi teorits yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah
harus bedasarkan studi yang teramati.
Teori
tersebut adalah menurut John B Watson terdiri dari 2 bagian yaitu:
A.
Teori kepribadian klasikal
Kepribadian
ini di cetuskan oleh Juan Petrovich Pavlov yaitu tingkah laku manusia
dipengaruhi oleh respon yang alami atau secra reflektif. Yang dimaksud Pavlov
respon yang tidak dikondisikan itu UCR. Dan respon yang terkondisikan melalui
perilaku itu disebut UCS.
B.
Teori Kepribadian Operan
Teori
dicetuskan oleh B.F Skinner yang membagi tingkah laku dalam 2 tipe yaitu:
responden dan operan. Tingkah laku responden ialah tingkah laku yang yang
dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya adalah
refleks. Sedangkan tingkah laku operan
ialah tingkah laku yang bersifat spontan tanpa stimulus yang mendorongnya
secara langsung.
Behavioristik
meganggap perilaku manusia karena hasil dari belajar selama hidupnya. Perilaku
yang mencerminkan mental yang sehat menurut behavioristik adalah jika dia dapat
mengaplikasikan penggalamannya dalam menghadapi masalah yang dia sedang hadapi dengan
baik. Tapi jika manusia itu tidak dapat menggunakan hasil belajarnya dengan
baik justru semakin terjerumus dalam masalah itu sendiri dan dapat menimbulkan
perilaku yang tidak sesuai. Jadi manusia dapat dilihat oleh para behavioris
sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap
stimulus-stimulus dari luar manusia dan manusia yang dianggap tidak memiliki
diri sendiri.
iii. Aliran Humanistik
-
Pandangan Humanistik
abraham
maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak psikologi humanistik. Gearakan
ini merasatidak puas terhadap behavioristik dan psikoanalisis, memfokuskan
penelitiannya pada manusia dengan
ciri-ciri eksistensinya.
Pskilogi humanistik, mengarahkan perhatiannya pada
humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut psikologi
humanisitk manusia adalah kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan
pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang
dituangkan dalam bukunya “motivation and personality” dalam buku tersebut
diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhirarki,
meliputi:
1. Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (the psychological needs)
2. kebutuhan-kebutuan rasa
aman (the safety needs/security needs)
3. Kebutuhan rasa cinta dan
memiliki (the love and belongness needs)
4. Kebutuhan akan
penghargaan (the self-esteem needs)
5. Kebutuhan akan
aktualisasi diri (the self actualization needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhirarki karena
kebutuhan yang lebih tinggi menuintut dipenuhi apabila kebutuhan yang
tingkatanya lebih rendah sudah terpenuhi
Menurut maslow psikologi harus lebih manusiswi, yang
lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus
mempelajari kedalam sifat manusia, selain mempelajari ketidaksadaran sekaligus
mempelajari kesadaran. Instrokpeksi sebagai suatu metods penelitian yang lebih
disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi (walgito, B. 2002:78)
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik,
yaitu:
a) Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan
karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena promer dalam mempelajari
manusia.
b) memberikan tekanan pada kualitas-kualitas yang khas
manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang
manusia yang mekanisme dan reduksionalisme.
c). Meyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memlilih
masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan
digunakan
d). Memberikan perhatian penuh dan meletakan nilai yang
tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia tertarik pada perkembangan potensi
ya g inheren pada setiap individu.
- Perbedaan Aliran Psikoanalisia, Behavioristik, Humanistik tentang kepribadian sehat.
Ahli-Ahli
psikologi humanisik telah memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat
manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe orang yang berbeda dari apa
yang digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisis, bentuk bentuk psikologi
tradisonal.
Ahli-Ahli
psikologi humanustik semakin kritis terhadapa tradisi-tradisi ini, karena
mereka percaya bahwa behaviorisme dan psikoanlisa memberikan pandangan
pandangan terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan ouncak-puncak yang akan
didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi. Tuduhan dan
pengeritik-pengeritik ini ialah behaviorisme memperlakuan manusia sebagai suatu
mesin – “suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang
sesuai dengan hukum”
Psikoanalisis
telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari kodrat
manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan psikotis.
Freud dn orang orang yang mengikuti ajaran-ajarannya mempelajari kepribadian
yang sehat, yang ukan paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Baik
Behaviorisme maupun psikoanalisis todak berbicara mengenai potensi kita untuk
bertumbuhm,keinginan kita untuk menjadi lebih baik atau lebih bamyak daripada
yang ada. Kita dilihat dari oleh para behavioris sebagai orang-orang yang
memberikan respons secara pasif terhadap stmulus-stimulus dari luar dan oleh
ahli-ahli psikoanalisis sebagai korban dan kekuatan-kekuatan biologis dan
konflik masa kanak-kanak.
IV Pendapat
allport
Perkebambangan Proprium
Proprium
itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah
muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut di persatukan dalam satu konsep proprium.
Jadi proprium adalah susunan tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium
merupakan prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“diri”jasmaniah. kita
tidak dilahurkan dengan suatu perasaan tentang diri;perasaan tentang diri bukan
merupakan bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan
andara diri “saya” dan dunia sekitar.
Berangsur-angsur dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan
pengalaman-pengalaman perseptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur
antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal hal lain”di luarnya’ kira kira usia 15 bulan , maka munculah
tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
“identitas diri” pada
tingkat kedua perkembangan proprium muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus menerus sebagai orang
yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dan cermin
nhari ini adalah bayangan dari orang yamg sama seperti yang dilihatnya kemarin,
dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” agtau “diri” tetap bertahan dalam
menghadapi pengalaman-pengklaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat
ketiga dalam perkembangan proprium telah timbulnya harga diri. Hal ini
menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengajarkan benda-benda atas usaha
sendiri. Pada tahap ini anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan
memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah
lingkungan itu.
Perluasaan diri (self extension). Tingkat
perkembangan diri berikutnya, perluasaan diri mulkai sekitar usia 4 tahun. Anak
udah milai menyadari orang lain dan benda-benda dan loingkungan dan fakta bahwa
beberapa diantaranya alah milik anak tersebut. Anak bebicara “rumahku” atau
“sekolahku”. Anak mempelajari arti dan
nilai dari milik seperti terungkap dalam kata “kepunyaanku”. Meskipun dalam
usia ini, limgkaran benda-benda dan orang-orang seperti kata “kepumyaanku”
terbatas, namun proses yang menyebabkan kesatuan-kesatuan yang lebih luas
(seperti: negara, karier, atau agama) menjadi “kepunyaamku” sekarang terbentuk.
Gambaran diri.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana
anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang
dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah
anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta
hal yang lebih penting ialah diberikan aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual.
Perjuangan proprium (propriate
striving). Dalam masa adolesensi perjuangan proprium tingkat
terakhir dalam perkembangan diri timbul.
V. Ciri-ciri
kepribadian yang matang
1.
perluasan perasaan diri
Ketika diri mulai berkembang maka
diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat
hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri
bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita abstrak.
2.
Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam hubungan dengan orang lain kapasitas untuk keintiman dan
kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang
yang sehat secara psikologis maupun memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orangtua, anak, patner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk
keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik..
3.
Keamanan emosional
Kualitas lain dari keamanan
emosional ialah apa yang disebut allport “sabarb terhadap kekecewaan” hal ini
menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan
dan kemauan-kemauan dan keinginan keinginan.
4.
persepsi realistis
Orang-rang yang sehat memandang
dunia mereka secara obyektif. Sebaliknya orang-orang yang neoritis kerapkali
harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan.
5.
keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Allport mengemukakan bahwa ada
kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi
neuritis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang
yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Komitmen
dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menggelamkan
semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggan)
ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka.
6.
pemahaman diri
Orang yang memiliki suatu tingkat
pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan
kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang lain.
7.
Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke
depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang.
Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja
sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi
kontinuisitas bagi kepribadian mereka.
Allport menyebut dorongan yang
mempersatukan hal “arah” dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang
sehta daripada orang-orang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan
seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan orang itu suatu alasan untuk
hidup.
sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : PT Kanisius
Schultz Duane. 1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non Psikoanalitik.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : PT Kanisius
Schultz Duane. 1991. Pengantar Psikologi Kepribadian Non Psikoanalitik.
Yogyakarta : PT Kanisius.
Semiun,Yustinus.
2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : PT
Kanisius.
Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental.
Purwokerto : Fajar Media Press
Dewi, K.S. 29012. Kesehatan Mental. Semarang:UPT UNDIP Press
Dewi, K.S. 29012. Kesehatan Mental. Semarang:UPT UNDIP Press
Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia
0 komentar:
Posting Komentar