LOGOTERAPI
DISUSUN OLEH :
Jessica
Phoibe (15514649)
Mutiara Nugraheni A (17514687)
Nur Amalia (18514138)
KELAS : 3PA19
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
LOGOTERAPI
Logoterapi
diperkenalkan oleh Victor Frankle, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa
(neuro-psikiater). Frankle
mengungkapkan bahwa selama individu mempunyai makna hidup, ia akan merasakan
kebahagiaan dan kenikmatan yang memuaskan. Sebaliknya, apabila individu
tersebut tidak mempunyai makna atau tidak mampu memberikan arti dan tujuan
hidupnya, ia akan menjadi pribadi yang tidak orisinil, kehilangan keyakinan,
dan terombang-ambing menurut kemauan lingkungannya. Dengan asumsi ini, Frankle
berpendapat bahwa kekuatan yang paling utama untuk menggerakkan kepribadian manusia
terletak dari sejauh mana keinginannya untuk memberi makna hidup (the will to meaning).
“Logos” dalam bahasa Yunani berarti makna
(meaning), tetapi dapat juga
menunjukkan sesuatu yang bersifat ruhaniah, spiritual. Sedangkan terapi adalah
penyembuhan atau pengobatan. Sehingga logoterapi dimaksudkan sebagai corak
psikologi yang dilandasi pengakuan mengenai manusia yang memiliki dimensi
ruhani selain dimensi jasmani. Logoterapi berasumsi bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk
hidup (the will of meaning) merupakan
daya pendorong atau motivasi utama manusia untuk mencapai kehidupan yang penuh
makna.
Logoterapi
berurusan dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung
jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab
berarti kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan makna, yakni makna hidup manusia.
Logoterapi
sendiri merupakan bidang yang mengurusi hubungan antara pikiran dan jiwa,
mengajarkan bahwa penyakit jiwa maupun penyakit emosional serta syaraf
disebabkan oleh rasa tidak berarti, kekosongan batin, ketidakseimbangan
spiritual. Singkatnya, kebanyakan penyakit mental dan emosional adalah gejala
penyakit rohani. Logoterapi mencoba menyembuhkan penyakit dan kekosongan batin
dengan membantu individu mendeteksi, namun tidak melampiaskan, makna unik dalam
kehidupannya, bahkan ketika seseorang dalam penderitaan. Caranya adalah dengan
menemukan upaya terapi yang tepat sesuai dengan kepribadian orang tersebut,
khusunya yang melibatkan dimensi spiritual yang penuh makna, potensi, dan
kesadaran akan tanggung jawab.
Tujuan
logoterapi menyangkut beberapa hal yaitu terapis pertama harus memperlebar dan
memperluas medan visual dari pasien sehingga seluruh spektrum makna dan
nilai-nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk
berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan. Kedua, terapis juga membantu
pengalaman individual yang nyata dari pasien sehingga ia dapat mengikuti
potensi-potensinya dan melampaui keadaan-keadaan yang tidak wajar. Dan yang
terakhir terapis membantu pasien menghilangkan kecemasan dan neuorosis
komsulsif eksesif. Terapi harus mengingat bahwa logoterapi bukan treatmen
simtomatik terhadap neurosis, melainkan menangani sikap pasiem terhadap
simtom-simtom. Jadi, seseorang dengan gangguan fisik tetap betanggung jawab
terhadap sikap spritual atau eksistensialnnya terhadap keadaan.
CONTOH KASUS :
Kasus 1
Dinda
adalah seorang wanita berumur 20 tahun. Dinda mempunyai phobia terhadap tempat
gelap. Awal mula Dinda phobia terhadap tempat gelap saat Dinda berusia 6 tahun,
saat Dinda sedang tidur di kamar pada malam hari dengan lampu dimatikan Dinda
melihat seorang maling masuk ke kamar Dinda saat orangtuanya sedang keluar
rumah. Dinda yang takut saat itu hanya bisa diam pura-pura tidak melihat maling
tersebut. Semenjak saat itu Dinda tidak berani tidur di tempat yang gelap, tapi
ketika Dinda jalan di tempat yang gelap Dinda akan merasa seperti ada yang
mengikutinya.
Kasus 2
C pada awalnya memiliki bagian tubuh yang utuh yang tidak
kekurangan sama sekali. Lalu C mengalami kecelakaan sehingga beberapa bagian
dari tubuhnya hilang atau diamputasi. Hal ini menyebabkan C depresi, trauma,
marah, tidak dapat menerima keadaan sampai ia ingin bunuh diri karena merasa
dirinya sudah tidak berguna lagi. C menjadi lebih tertutup dari teman-temannya
bahkan keluarganya. C sangat merasa depresi dan shock hingga sangat membutuhkan
banyak bantuan. Tidak hanya itu C merasa kejadian yang ia alami adalah
kesalahan dari Tuhan, dan menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya.
ANALISIS KASUS :
Untuk mengetahui cara yang tepat dalam menangani kasus di
atas, kita perlu mengetahui dahulu teknik-teknik yang digunakan dalam
logoterapi. Ada tiga teknik dalam logoterapi, diantaranya adalah :
- Paradoxical-Intention
Paradoxical intention pada dasarnya
memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment)
dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk
pengobatan jangka pendek pasien phobia (ketakutan irrasional). Teknik paradoxical intention juga bermanfaat
untuk kasus obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun
sadar hal itu tidak rasional)
- Dereflection
Teknik dereflection memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap
manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri
dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu
mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan
bermanfaat.
- Bimbingan Rohani
Teknik yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana
individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam
suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain
menghadapinya. Individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan
menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna
di balik penderitaan tersebut.
Kasus 1
Dalam
kasus Dinda, teknik yang digunakan adalah teknik paradoxical-intention. Konselor mengupayakan agar klien yang
mengalami phobia mengubah sikap dari takut menjadi berani pada hal yang di
takuti atau di cemaskan. Dinda di minta untuk beruasaha menghindari atau
melawan ketakutannya terhadap tempat yang gelap. Cara yang dapat dilakukan oleh
Dinda adalah dengan mengajak teman jalan pada tempat yang gelap, untuk
menurunkan kadar kecemasan yang di alami Dinda dan meyakinkan bahwa tidak ada
yang mengikutinya di tempat gelap. Tahap ini harus di lakukakan bertahap dan
rutin hingga kecemasan yang ada pada diri Dinda berkurang atau bahkan dapat
hilang.
Kasus 2
Langkah pertama yang dilakukan untuk C adalah paradoxical intention. Pada teknik ini C diajak mendekati dan mengejek
sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Yang kedua derefleksi, Frankl percaya bahwa
sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus
pada diri sendiri. Oleh sebab itu C tidak boleh berfokus pada kejadian yang
dialaminya, tetapi bukan berarti menghindari masalah tersebut. Misalnya
mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada sesuatu yang
disenangi oleh C sendiri. Dan yang terakhir bimbingan rohani. Pada teknik ini,
C harus berfikir kalo kecelakaan yang dialami adalah murni kecelakaan yang
tidak bisa menyalahkan Tuhan sebagai penyebabnya. Tetapi seharusnya C percaya
kalo kecelakaan ini akan membuat C lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Dan
percaya kalo Tuhan akan membantu setiap masalah yang dihadapi oleh C. Frankl
menyatakan bahwa makna hidup bersifat unik sebagai momen pribadi. Setiap
situasi serta setiap kejadian selalu dapat menghadirkan suatu tantangan kepada
individu untuk mengungkap dan menjadikan makna. Melalui peristiwa kecelakaan
yang terjadi dan mengakibatkan cacat fisik permanen pada C, terlihat bahwa
makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan walaupun pada keadaan
penderitaan sekalipun.
Jadi, Logoterapi merupakan terapi yang digunakan dengan
memandang makna hidup sebagai tindakan terapi, apa yang kita kaji dan apa yang
kita alami dalam kehidupan biasa dijadikan suatu terapi dengan cara menerima
hal tersebut sebagai makna hidup. Apapun yang terjadi dalam setiap perjalanan
kehidupan manusia merupakan nikmat hidup yang harus kita terima. Sehingga kita
memaknai kejadian tersebut (yang mengerikan sekalipun) sebagai pengalaman hidup
yang berarti. Logoterapi berkenaan dengan makna dalam berbagai aspek dan
bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna hidup dan mati, makna
penderitaan, dan makna pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Puspasari, D.,
& Alfian, I. N. (2012). Makna hidup penyandang cacat fisik postnatal
karena kecelakaan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(03)
karena kecelakaan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(03)
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Tasmara, T. (2001).
Kecerdasan ruhaniah (transcendental
intellegence): membentuk
kepribadian yang bertanggung jawab, profesional, dan berakhlak. Depok:
Gema Insani
kepribadian yang bertanggung jawab, profesional, dan berakhlak. Depok:
Gema Insani
Covey, S. (1971). How to succeeed with people. Surabaya:
MIC Publishing