PSIKOTERAPI
TUGAS 4
DISUSUN OLEH:
JESSICA PHOIBE
(15514649)
MUTIARA NUGRAHENI
ADI (17514687)
NUR AMALIA (18514138)
3PA19
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016/2017
I NOT STUPID TOO
小孩不笨二
“Saat kita masih kecil, ada
begitu
banyak dukungan dan pujian
untuk membantu kita melewati rintangan.
Kita tidak sadar betapa beruntungnya kita saat itu” – Jerry
banyak dukungan dan pujian
untuk membantu kita melewati rintangan.
Kita tidak sadar betapa beruntungnya kita saat itu” – Jerry
PEMERAN :
- Shawn Lee
sebagai Tom Yeo
- Ashley
Leong sebagai Jerry Yeo
- Joshua
Ang sebagai Lim Chengcai
- Jack Neo
sebagai Mr Yeo
- Xiang Yun
sebagai Mrs Yeo
- Huang
Yiliang sebagai Mr Lim
SINOPSIS :
I Not Stupid Too adalah
film Singapura tahun 2006 yang
merupakan sekuel dari I Not Stupid. Film ini menceritakan
mengenai sikap orangtua yang tidak pernah melihat seorang anak dari
kelebihannya, namun selalu melihat pada kekurangannya. Tom, Jerry, dan Chengcai
adalah anak-anak selalu dipandang salah oleh orangtuanya. Orangtua mereka tidak
pernah menghargai bakat yang mereka miliki,
bahkan mereka selalu dilarang melakukan hal-hal yang
mereka sukai. Tom
dilarang menjadi blogger dan Chengcai dilarang bermain kungfu, setiap harinya hanya
omelan saja yang mereka terima. Tom dan Jerry adalah sepasang saudara kandung,
Jerry berumur 8 tahun, Tom berumur 15 tahun, dan Chengcai adalah sahabat Tom yang juga berumur 15
tahun. Suatu ketika Tom memenangkan lomba
sebagai blogger terhebat, namun yang diterima dari orangtuanya bukan sebuah pujian,
melainkan hanya mencela bakat Tom tersebut. Kedua orangtuanya
memandang sebelah mata prestasi non-akademik
yang telah dicapai Tom ini, mereka hanya berambisi anaknya mendapat nilai
gemilang disekolah dengan rajin belajar.
Di sekolah, Tom dan sahabat
karibnya Chengcai harus berkutat dengan guru yang super kolot. Guru Bahasa Mandarin yang bernama
pak Fu. Pak Fu dalam pengajarannya masih terbelenggu dengan metode lama, dimana metode tersebut
sudah tidak fleksibel untuk
diterapkan di masa kini. Beliau memaksakan metodenya tersebut untuk diaplikasikan
ke kelasnnya, dan alhasil tidak
ada siswa yang mampu menangkap ilmu yang beliau ajarkan dan
tidak heran jika nilai ulangan semua siswa mengenaskan. Disisi lain, pak Fu
malah menyalahkan siswa-siswanya dengan hasil ulangan yang minim tersebut,
daripada memotivasi mereka untuk bangkit mencapai nilai yang lebih. Tanpa disadari pak Fu telah melakukan stereotif,
prasangka dan diskriminasi terhadap siswa atau siswinya yang seharusnya tidak
dilakukan oleh pak Fu sebagai guru.
MASALAH PSIKOLOGIS:
Anak menjadi merasa
tertekan karena pola asuh orangtua yang otoriter yang selalu memarahi anaknya
jika tidak sesuai apa yang diharapkan orangtua, bakat yang dimiliki anak tidak didukung oleh
orangtua, dan tidak ada komunikasi antara anak orang tua sehingga anak
terpenggaruhi oleh perilaku sosial atau pengaruh teman yang menjerumus ke hal
yang buruk. Kesibukan orangtua menjadi faktor masalah
psikologis lainnya, karena waktu yang dimiliki oleh orangtua dan anak tidak
cukup anak menjadi kesepian dan melakukan hal-hal yang negatif untuk bisa
membeli waktu orangtuanya.
CARA TERAPI:
Anak-anak hanya perlu diperhatikan
dan dihargai. Satu hal yang bagi sebagian
orang mungkin hal itu tidak begitu penting. Namun, sebagian lagi menganggap hal
tersebut menjadi sesuatu yang penting untuk memotivasi mereka supaya dapat
melakukan hal yang lebih baik lagi, yaitu pujian. Dengan memberikan pujian
terhadap usaha anak, maka pujian tersebut akan
menjadi semangat yang membara dalam diri anak. Dengan begitu,
anak akan lebih termotivasi dalam beraktualisasi diri.
Selain itu, lebih
fokus terhadap bakat anak akan lebih bermanfaat daripada hanya fokus terhadap
kelemahannya. Itu lah kunci yang sangat simple
dalam menghargai anak, namun tak banyak orangtua mampu mengaplikasikannya. Saling komunikasi
antara anak dengan orangtua, orangtuga jangan terlalu memikir egonya sendiri,
seharusnya orangtua melihat perkembangan apa yang terjadi pada anaknya.
Memasukkan anak ke
tempat-tempat latihan khusus untuk mengembangkan prestasi dan bakat anak supaya
lebih maksimal. Mendukungnya dengan sepenuh hati dan tidak melihat kondisi yang
pernah di alami seseorang sebagai hal yang buruk dan tidak perlu diikuti lagi.
ASPEK PSIKOLOGIS :
- Bakat
Anak
Di dalam film sebenarnya anak tersebut mempunyai bakat karena orangtua yang
sibuk sehingga tidak terlalu memikirkan apa perkembangan anak tersebut, dan
seharusnya sebagai orangtua mendukung bakat yang dimiliki anak jangan terlalu menyamakan
apa yang belum terjadi pada diri seseorang.
- Pola Asuh
Pola asuh orangtua kepada anak dapat mempengaruhi perilaku sosial anak.
Pola asuh dalam film ini adalah otoriter dari pandangan orangtua yang telalu
kaku dan memaksa, anak seharusnya mengikuti minat apa yang harus diarahkan
orangtuanya, Selanjutnya, anak merasa
tidak didukung orang tua dan menjadi tertekan sehingga lebih memilih teman
karena lebih merasa diterima.
- Interaksi
atau komunikasi
Di dalam film ini orangtua yang memiliki kelebihan dari segi finansial
selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada interaksi antara orangtua
dengan interaksi yang dilakukan hanya sebatas note. Interaksi yang diberikan
kepada anak diterima dengan perasaan tidak senang, karena terlalu banyak
orangtua berbicara dan tidak memberikan waktu untuk anak berbicara.
NOTE:
Layaknya dua sisi
mata uang yang berbeda, dalam diri manusia juga terdapat dua sisi, yaitu gelap
maupun terang, baik maupun buruk. Namun, seringkali tanpa sadar kita hanya
memandang seseorang hanya dari sisi buruknya dan mengabaikan sisi positif yang
dimiliki. Dari film ini kita bisa belajar banyak hal mengenai arti penting
sebuah keluarga, mengenai komunikasi anak dengan orangtua, pujian serta
pengorbanan. Suatu hal yang kita anggap sepele, akan tetapi hal tersebut sangat
besar pengaruhnya dalam hidup kita.