A. Penyesuaian Diri
& Pertumbuhan
1. Konsep Penyesuaian
diri.
Penyesuaian
diri di artikan, Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental
dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,ketegangan-ketegangan, konflik konflik, dan
frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni
antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan
dimana ia tinggal.
Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari
daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di
daerah dingin tersebut. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan
memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana
individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun
emosional. Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai
sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik,
kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Apa itu penyesuaian diri? Orang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang
matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah
orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara
lengkap. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang
aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
2.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan mahluk individu.
manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan
dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain.
Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan
yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai ke khasan tersendiri yang
spesifik terhadap dirinya dalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu
individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan
sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Pertumbuhan
kepribadian ditingkatkan oleh banyaknya minat
terhadap pekerjaan dan kegemaran. Sulit menyesuaikan diri dengan baik
terhadap tuntutan-tuntutan pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan, dan
segera pekerjaan itu menjadi hal yang tidak menyenangkan atau menjijikkan.
Tetpi, kita memiliki cara tertentu untuk mengubah dan mengganti pekerjaan yang
merangsang minat kita sehingga kita dapat memperoleh kepuasan terus-menerus dalam
pekerjaan. Pertumbuhan pribadi tergantung juga pada skala nilai yang adekuat
dan tujuan yang ditetapkan dengan baik, kriteria yang selalu dapat digunakan
seseorang untuk menilai penyesuaian diri.
·
Penekanan Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana
diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin
nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
·
Variasi Dalam Pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya.
·
Kondisi-Kondisi Untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan tempramen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat korelasi ang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstromorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan sistem syaraf, kelenjar, dan
otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
·
Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan
diinterpretasi secara subyektf. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “alam” pengalaman setia yang berbeda dari alam pengalam orang lain
(Brower. 1983 : 14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl
Rogers, yng boleh disebut sebagai bapak psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggaris besarkan pandangan humanistik sebagai berikut.
B.
Stress
1. Pengertian Stress
Stres dalam arti secara umum adalah
perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari-hari stres di kenal sebagai
stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuain. Stres
juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (
Chapplin, 1999).
Dari
sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar
stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik
tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan
fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal
suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai
suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau
disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya,
memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan atau memerlukan mekanisme
pertahanan seseorang.
2. Efek-efek Stress:
Menurut
Hans Selye, Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1. Local
Adaptation Stres.
Local
Adaptation Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat
terhadap stres. Respon setempat ini contohnya seperti pembekuan darah,
penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya
berlangsung dalam jangka yang sangat pendek. Karakteristik dari LAS adalah
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system, respon bersifat
adaptif sehingga diperlukan stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat
jangka pendek dan tidak terus menerus, dan respon bersifat restorative.
2. General
Adaptation Syndrome
General
Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat
membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan
stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha
ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf
simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress
itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome. GAS terdiri dalam tiga
fase :
1. Alarm
reaction (reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor
dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan
mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang mempercepat katabolisme untuk
menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam ditandai dengan
denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
2. The
stage of resistance (reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah
mencapai atau melebihi tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini, mulai timbul
gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism.
Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan
humor.
3. Stage
of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik
tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan,
mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan
lainnya.
3.
Faktor-faktor Stress
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga
sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :
(1)
Faktor Lingkungan
Keadaan
lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan
struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam
faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu
cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi
yang digunakannya.
(2)
Faktor Organisasi
Didalam
organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational
leadership.
Pengertian
dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Role Demands
Peraturan
dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b.
Interpersonal Demands
Mendefinisikan
tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan
dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan
dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan
menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan
karyawan lainnya.
c.
Organizational Structure
Mendefinisikan
tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika
terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka
akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d.
Organizational Leadership
Berkaitan
dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi
dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada
hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta
karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal
pekerjaan saja.
Empat
faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya
tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau
permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan
dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins, 2001:563).
(3)
Faktor Individu
Pada
dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi
antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang
akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang.
Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat
menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik
pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress
terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga
untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.
4.
Tipe-Tipe Stress
a. Tekanan
(pressures)
Tekanan
terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong
individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah
sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa
kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses
pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku
maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau
kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self
esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa
tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa
kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam
pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
b. Frustasi
Frustasi
dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat
hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.
Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang
mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
c. Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan.
5.
Apa kalian pernah mengalami stress? Bagaimana cara mengatasi stress tersebut.
Iya pernah, saya stress sewaktu
masalah masalah dalam kehidupan saya datang. Saya merasa sangat stress karena
masalah tesebut terus berada dipikiran saya.
Bagaimana saya mengtasi stress tersebut? Ya saya mengatasi nya dengan
cara menyelesaikan masalah tersebut satu persatu atau membuat suasana saya
merasa tenang saya mendengarkan musik agar tidak terlalu terpikirkan masalah
tersebut.
Referensi :
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/. Diakses, 30 april 2016. 17:44
0 komentar:
Posting Komentar