Welcome To My BLOG

WELCOME TO MY BLOG
Diberdayakan oleh Blogger.

Hubungan Interpersonal, Cinta & Perkawinan, Pekerjaan & Luang Waktu

A. Hubungan Interpersonal
    1. Model Pertukaran Sosial & Analisis transaksional
            Teori pertukaran sosial adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu. Setelah seseorang menentukan keseimbangannya, ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan atau tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya.
Paling tidak ada 3 hal yang kita pertukarkan:

  1. Ganjaran
  2. Pengorbanan
  3. Keuntungan
Analisis Transaksional (AT)
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Pada dasarnya teori analisis transaksional berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir, dan memutusakan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan- perasaannya. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
  2. Pembentukan kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan.
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi
1.       Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)       orang lain serta,
g)     hobi dan minat.

2.       Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan.
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a. Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b. Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c. Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d. Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
            Faktor-faktor yang mempengaruhinya
1.  Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi, minat dan hobby), para ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan,  kehangatan personal,  kompetensi, dan daya tarik fisik.
2. Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hoby, latar belakang, dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai “prinsip kesesuaian” (match principle).

3. Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat mningkatkan keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita terhadap orang lain.

3. Model peran, Konflik & Adequacy peran serta autentisitas dalam hubungan peran
Model peran :
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya. Model peran juga dapat membantu menciptakan antusiame untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdasan tertentu. Interaksi dengan orang-orang yang memiliki peran berdasarkan kelebihan dalam satu kecerdasan, mendengarkan kisah, dan pengalaman dapat memperluas wawasan.

Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Konflik peran :
ketidakserasian antara hak dan kewajiban, konflik peran muncul ketika seseorang menerima pesan yang tidak sama atau berbeda pendapat yang berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai, konflik peran mungkin merupakan stressor bagi individu
 4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentuk intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebih jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
·         Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
·         Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
·         Percintaan
Persabatan antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.

B. Cinta dan Perkawinan
Contoh kasus perkawinan yang sehat
Budi iswanto dan Mardini di Desa Sidoarum Kecamatan Godaean Sleman, DIY di dalam keluaraganya menerima dan melakukan komunikasi terbuka atau pengungkapan perasaan dengan pasangan secara sopan, dan apa adanya, pada keluarga ini memiliki situasi dan kondisi keluarga yang di dalamnya tercipta kehidupan beragama, saling menghargai, pengertian, terbuka, dan saling menjaga satu sama lain serta adanya saling percaya. Karena dalam hidup berumah tangga tidak bisa lepas dari komunikasi sehingga komunikasi terbuka menjadi salah satu usaha untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan harmonis.
            Berdasarkan kasus diatas bahwa dalam mebentuk perkawinan yang sehat harus mempunyai komunikasi terbuka antara pasangannya dan memiliki kepercyaan antara pasangannya. Dalam perkawinan sehat harus terdapat cinta, jika tidak cinta satu sama lain maka dalam berumah tangga tidak akan bertahan lama. Lalu seiman, jika dalam perkawinan harus seiman karena, merupakan salah satu kunci kebahagian rumah tangga Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan perkawinan yang bahagia. Prinsip memilih suami yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan rumah tangga. Memang, banyak pula pasangan suami-istri beda agama yang juga bisa bahagia menjalani perkawinannya. Namun, sebaiknya jangan anggap enteng soal satu ini. Bisa-bisa, Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri, sesuai iman masing-masing. Belum lagi kehadiran anak. Persoalan agama apa yang akan dianut anak seringkali juga memicu perdebatan yang panjang. Lalu saling percaya Tanpa rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan mulus. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai. Kemudian Ekonomi, Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai. Mengatur ekonomi secara benar juga akan memberikan perasaan aman dan bahagia. istri. Membangun rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa. Selanjutnya, Menjaga romantisme, terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda. Dan terakhir Komunikasi, Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin hubungan Anda dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Peran Cinta terhadap kesehatan mental
Perkawinan yang sehat dan Bagaimana Peran Cinta terhadap Kesehatan Mental Perkawinan biasanya dimensi cinta yang dihasilakn dari cinta yang berdimensi komitmen atau keputusan. Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut dan hangat. Perkawinan adalah sebuah komitmen serius antar pasangan dan biasanya dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan suami istri (Duvall san Miller, 1985) menjelaskan bahwa perkawinan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara social, yang ditunjukkan untuk meegalkan hubungan seksua, mengintimasi memebesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesame pasangan. Faktor-faktor yang mendukung kepuasan perkawinan dalam peran cinta adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan cukup, anak, keyakinan beragama dan hubungan mertua/ipar (Latifah, 2005).
Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Baron dan byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi emosi,kognisi,dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan intim. Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan.
Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah passionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan, sedangkan companiate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama.

C. Pekerjaan & Waktu Luang
1. Menceritkan Karakteristik pribadi diri sendiri dan Karakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok untuk diri sendiri.

Karakteristik Pribadi Diri Sendiri Saya orang yang kadang mudah terpengaruh oleh teman sepergaulan saya dari sisi positif yang memengaruhi saya tegantung dengan siapa saya bergaul dan bagaimana teman sepergaulan saya. Kadang saya merasa tidak percaya diri pada diri saya sendiri, saya mudah tersinggung, dan saya orangnya moodian saya akan mengerjakan tugas sesuai mood saya, jika mood saya hilang saya meberhentikan tugas yang saya kerjakan.
Karakteristik pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok untuk diri sendiri sepertinya saya lebih cocok kepekerjaan lebih ke arah sastra, dan mejadi guru sastra karena sifat saya yang kurang percaya diri dengan mejadi guru sastra saya bisa membangun rasa percaya diri saya, sesuai apa yang saya suka.

2. Menceritakan bagaimana diri sendiri menggunakan waktu luang secara positif.
Biasaya saya menggunakan waktu luang saya dengan berjalan-jalan berkumpul dengan teman-teman saya atau mendengarkan musik. Karena merasa sudah penat dengan semua tugas yang banyak dalam perkuliahan saya, saya rasa perlu untuk melakukan refreshing dengan berkumpul dengan teman-teman saya dan mendengarkan musik daoat menghilangkan rasa stress dan pikiran saya dari banyaknya tugas yang saya kerjakan.


Referensi :
Hall, S Clvin., Lindzey, Gardner. (2009). Teori-teori psikodinamika, Yogyakarta:kanisius
Rakhmat. Jalaluddin,  (1998). Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks.

0 komentar:

Posting Komentar

Studentsite

eLearning

v-Class

Translate

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese

Followers

Gunadarma University

THANK YOU FOR VISITING

Search This Blog