Teori Kepribadian sehat
1. Aliran Humanistik
- Pandangan
Humanistik
Abraham
maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak psikologi humanistik. Gearakan
ini merasatidak puas terhadap behavioristik dan psikoanalisis, memfokuskan
penelitiannya pada manusia dengan
ciri-ciri eksistensinya.
Pskilogi
humanistik, mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan
keunikan manusia. Menurut psikologi humanisitk manusia adalah kreatif, yang
dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian
yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1)
Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi
sepenuhnya.
2)
Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
3)
Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4)
Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5)
Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar
orang.
6)
Memikul tanggung jawab.
7)
Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
2. Pedapat Allport
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata
itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya
tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium
dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti
dalam kata “appropriate”.
Proprium
menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu
berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang
penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan
seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan
dan diketahui”.
Proprium
itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah
muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut di persatukan dalam satu konsep
proprium. Jadi proprium adalah susunan tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya
proprium merupakan prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“diri”jasmaniah. kita
tidak dilahurkan dengan suatu perasaan tentang diri;perasaan tentang diri bukan
merupakan bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan
andara diri “saya” dan dunia sekitar.
Berangsur-angsur dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan
pengalaman-pengalaman perseptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur
antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal hal lain”di luarnya’ kira kira usia 15 bulan , maka munculah
tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
“identitas diri” pada
tingkat kedua perkembangan proprium muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus menerus sebagai orang
yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dan cermin
nhari ini adalah bayangan dari orang yamg sama seperti yang dilihatnya kemarin,
dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” agtau “diri” tetap bertahan dalam
menghadapi pengalaman-pengklaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat
ketiga dalam perkembangan proprium telah timbulnya harga diri. Hal ini
menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengajarkan benda-benda atas usaha
sendiri. Pada tahap ini anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan
memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah
lingkungan itu.
Perluasaan diri (self extension). Tingkat
perkembangan diri berikutnya, perluasaan diri mulkai sekitar usia 4 tahun. Anak
udah milai menyadari orang lain dan benda-benda dan loingkungan dan fakta bahwa
beberapa diantaranya alah milik anak tersebut. Anak bebicara “rumahku” atau
“sekolahku”. Anak mempelajari arti dan
nilai dari milik seperti terungkap dalam kata “kepunyaanku”. Meskipun dalam
usia ini, limgkaran benda-benda dan orang-orang seperti kata “kepumyaanku”
terbatas, namun proses yang menyebabkan kesatuan-kesatuan yang lebih luas
(seperti: negara, karier, atau agama) menjadi “kepunyaamku” sekarang terbentuk.
Gambaran diri.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana
anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang
dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman
Diri sebagai pelaku rasional.
Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul.
Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan
teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikan
aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual.
Perjuangan proprium (propriate
striving). Dalam masa adolesensi perjuangan proprium tingkat
terakhir dalam perkembangan diri timbul.
Tujuh kriteria kematangan
ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari
kepribadian sehat:
1. perluasan perasaan diri
Ketika diri mulai berkembang maka diri itu meluas
menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu.
Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan cita-cita abstrak.
2. Hubungan diri yang hangat
dengan orang-orang lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan
dengan orang lain kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
terharu.
Orang yang sehat secara
psikologis maupun memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak,
patner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini
adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik..
3. Keamanan emosional
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang
disebut allport “sabarb terhadap kekecewaan” hal ini menunjukkan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dan kemauan-kemauan
dan keinginan keinginan.
4. persepsi realistis
Orang-rang yang sehat memandang dunia mereka secara
obyektif. Sebaliknya orang-orang yang neoritis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan.
5. keterampilan-keterampilan
dan tugas-tugas
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang
yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neuritis. Akan tetapi tidak
mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan
keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Komitmen dalam orang-orang yang
sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menggelamkan semua pertahanan yang
berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggan) ketika mereka terbenam
dalam pekerjaan mereka.
6. pemahaman diri
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang
tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas
pribadinya yang negatif kepada orang-orang lain.
7. Filsafat hidup yang
mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh
tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai
suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai
batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuisitas bagi kepribadian
mereka.
Allport menyebut dorongan yang mempersatukan hal “arah”
dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehta daripada
orang-orang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju
suatu tujuan serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup.
3. Pendapat Rogers
Gambaran Rogers tentang kepribadian sehat adalah
sederhana, seperti halnya dengan kriteria yang dikemukakan allport. Tetapi
bahwa ada salah satu daya tarik khusus dalam pandangan-pandangan dengan rogers
yang menyebabkan pandangan-pandangan tersebut begitu populer yakni panggilan
“saya” dan “sekarang”. Tampaknya hal ini snagat menarik dalam suatu zaman yang
menekankan pentingnya pengungkapkan diri sendiri dengan sepenuhnya dna terbuka
bebas dari rintangan-rintangandam hambatan-hambatan.
Rogers memberikan petunjuk-petunjuk yang khas dan
menggungah untuk kesehatan psikologis, yaitu perkembangan diri dan cara-cara
khusus bagaimana self concept di pengaruhi tampaknya memperoleh validasi
empiris dan diterima umum. Pentingnya positive regard dan syarat-syarat
pengahargaan juga meyakinkan.
• Self atau self concept
adalah konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan
dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan
konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan
dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori
kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan
struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk
yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini
dibagi 2 yaitu :
·
Real Self adalah keadaan diri individu saat
ini.
·
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang
ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh
individu tersebut.
Self, yaitu bagian medan
phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Perhatian Rogers yang utama
adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang.
Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh kematangan,
penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah yang mampu untuk
menyamakan antara interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai
dengan realitas dan interpretasi self
yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan
ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang
dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau
mal-adjustment atau neurosis.
Self mempunyai
bermacam-macam sifat:
a) Self berkembang dari interaksi organisme
dengan lingkungan.
b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai
orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c) Self mengejar (menginginkan) consistency
(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang
selaras (consistent) dengan self.
e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras
dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari
pematangan (maturation) dan belajar.
Carl Roger sebenarnya tidak
begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai
berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut non-directive
therapy, kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud
individualitas konseling yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut
Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
•
Postive Regard yaitu suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, di miliki semua
manusia setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi setiap
anak tidak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan. Anak puas kalau dia
menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuaan dari orang-orang lain, orag
lai tersebut biasanya ibu. Apakah anak
itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada
sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.
Conditional
positive regard (bersyarat) Conditional
positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang
tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak
itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini anak
tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif
namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Setelah self dan
organism bisa menjadi suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke
lingkungan sosial luar yang beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia
dapat berkembang dengan sebagaimana mestinya.
• Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya
1. Keterbukaan
pada Pengalaman
Keterbukaan
pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan
yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme
tanpa distorsi atau rintangan.
Orang
yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi
kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang
yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian
bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya,
baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat
daripada orang yang defensif.
2. Kehidupan
Eksistensial
Orang
yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan,
karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau
kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman,
akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk
membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang
berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Karena
orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian
terus menerus di pengaruhi atau disegarkan oleh setia pengalaman.
Rogers
percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang
sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala
sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman
suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman
momen yang berikutnya.
3. Kepercayaan
Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk
kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa
seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan.
Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap
suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa
benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses
membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka,
seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang
defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing
tingkah lakunya.
4. Perasaan
Bebas
Rogers
percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara
alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada
dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa
lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat
banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin
ingin dilakukannya.
Orang
yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5. Kreativitas
Semua
orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali
benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus
apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka
dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang
yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak
pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan
adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers
percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan
diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk
menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran
atau bencana-bencana alamiah.
4.
Pendapat Maslow
·
Hirarki Kebutuhan Manusia
Maslow telah membentuk
sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Hierarkinya adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan
biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh
relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak
diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian
seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan
fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan
keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan
mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam
struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan
tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang
dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk
keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk
cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang
mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan
kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama
kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan
kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang
lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi
stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi,
orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan
frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Ketika semua kebutuhan di
atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri
diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk
menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang
musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.”
Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang
itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang
lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat
mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu
jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri
·
Kepribadian Sehat Menurut Maslow
Abraham
Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu yang dapat
mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang dapat
mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya mengaktualisasikan
diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang
mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk
dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan
Meta
needs
(meta
kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan
tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan
alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah
objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai
kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal,
maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa
kebutuhan yang lebih rendah.
Deficiency Needs
Sedangkan
Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan
ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan
jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat
dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya
mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi
tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang yang
kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini
dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah,
atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Ciri-ciri
Actualized People
1. Mempunyai persepsi akan
kenyataan yang lebih efisien
2. Menerima dirinya sendiri,
orang lain dan alam.
3. Memiliki spontanitas,
kesederhanaan dan kealamian
4. Dalam kehidupannya mereka
melakukan pendekatan yang berfokus pada masalah.
5. Mempunyai kebutuhan akan
privasi.
6. Memiliki kemandirian.
7. Melakukan penghargaan
dengan cara yang selalu baru.
8. Mengalami
pengalaman-pegalaman puncak.
9. Memiliki keterikatan
sosial.
10. Memiliki hubungan
interpersonal yang kuat.
11. Memiliki sikap yang
demokratis
12. Mempunyai kemampuan untuk
membedakan antara cara dan tujuan.
13. Memiliki rasa humor yang
filosofis.
14. Mempunyai kreativitas
15 Tidak memilik
enkulturasi yang diharuskan oleh kultur
5.
Pendapat Fromm
-
Pengertian Dasar Teori Fromm
Dasar
teori dari Fromm hampir sama dengan Freud, Ia setuju dengan Freud yang
menekankan pentingnya motivasi, tetapi ia tidak sependapat bahwa motivasi itu
pertama-tama bersifat instingtif. Fromm berpendapat bahwa selain manusia
terdorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan organik.
Secara
singkat, teori kepribadian yang digagas Fromm yaitu,
Kebebasan
manusia yang semakin luas, menempatkan manusia merasa semakin kesepian, dengan
kata lain kebebasan menjadikan keadaan yang negatif di mana manusia-manusia
melarikan diri. Manusia selalu berusaha memecahkan kontradiksi-kontradiksi yang
ada padanya. Maksudnya bahwa seorang pribadi merupakan bagian sekaligus
terpisah dari alam; merupakan binatang, dan sekaligus manusia.Aspek individu,
yakni aspek binatang dan aspek manusia merupakan kondisi-kondisi dasar
eksistensi manusia, yang berasumsi bahwa, “pemahaman tentang psikhe manusia
harus berdasarkan manusia tentang kebutuhan manusa yang berasal dari
kondisi-kondisi eksistensinya. Kepribadian orang akan berkembang menurut
kesempatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat tertentu.
-
Kepribadian yang Sehat Menurut Fromm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang
demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran
yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki
suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia,
subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif , yakni suatu konsep
yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang
mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang
sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
-
Kepribadian yang Sehat Menurut Fromm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang
demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran
yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki
suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia,
subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif , yakni suatu konsep yang serupa dengan
kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri
dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau
realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi” , Fromm
menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang
meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan
sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia
dan juga terhadap diri sendiri.
- Ciri-ciri Kepribadian Sehat
Menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di
dalam masyarakat.
2. Mampu mencintai dan dicintai.
3 .Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi
kepercayaan itu,
4. Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa
syarat.
5. Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat
tanpa merusaknya.
6. Memiliki watak sosial yang produktif.
Referensi
:
Schultz, D. (1991).
Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Basuki, Heru. (2008). Psikologi
Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori
Kepribadian dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26404/Materi+09+-+TeoriKepribadianCarlRogers.pdf. Jumat, 1 April. 10:35